Q : Apakah orang Katolik menyembah berhala?
A : Jawaban.
Jawaban:
Ada banyak pandangan atau komentar yang mengatakan beberapa hal sbb; orang katolik menyembah berhala? orang katolik menyembah patung? Masa sih? Pandangan atau komentar seperti ini biasanya muncul karena melihat apa yang dilihatnya saja. Maklum, orang katolik memang mempunyai tradisi devosi yang kuat. Orang katolik berdevosi di depan patung Bunda Maria, atau orang kudus lainnya, jadi pemandangan yang biasa.
Kalau begitu orang katolik menyembah berhala dong? Memang ada disebutkan larangan Allah untuk membuat patung, misalnya dalam ayat Keluaran 20:4, Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Nah, kalau Allah sendiri melarang kenapa orang katolik melanggarnya? Begitu kan pertanyaan yang selanjutnya? Kita tidak bisa membuat sebuah kesimpulan hanya dengan kutipan satu ayat teks semata. Mari kita lihat bagian lain.
Pada keluaran 20:4, harus dilihat dalam keseluruhan bagiannya, misalnya ayat 2, 3, dan ayat 5;
2 “Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.
3 Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
4 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
5 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, dst…
Yang dilarang oleh Allah adalah membuat patung yang menyerupai apapun yang disembah sebagai allah lain di hadapanNya. Jadi jika ada patung yang dihormati, bukan sebagai Allah, maka tidak dilarang. Dalam kolose 1:15, jelas disebutkan bahwa Allah menggambarkan diri-Nya dalam Kristus.
Kol 1:15, “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,…”
Karenanya manusia memperoleh gambaran akan Allah. Jadi gambaran akan Kristus, dalam bentuk patung, lukisan atau bahkan gambar dalam film kartun, tidaklah melanggar perintah Allah. Karena Allah telah terlebih dahulu menggambarkan diriNya di dalam Kristus.
Gambar atau patung itu tidak dilarang, gambar atau patung itu tidak disembah, namun hanya digunakan sebagai alat bantu untuk mengarahkan hati dan pikiran kepada Tuhan.
Sikap hormat di hadapan patung, atau gambar Tuhan Yesus, Bunda Maria atau para kudus lainnya, bukan merupakan penyembahan berhala. Sebab yang dihormati bukan patung itu sendiri melainkan pribadi-Nya yang dilambangkan.
Gereja jemaat purba, atau katakomba telah dihiasi oleh gambar-gambar rohani, yang terlihat dari dinding-dinding gereja bawah tanah tersebut, yang antara lain ditemukan pada 31 Mei 1578, di katakomba Via Salaria.
Sarkofagus “Via Salaria”
Keindahan, keunikan, dan pentingnya dekorasi sarkofagus ini (c. 260) menjadikannya salah satu karya terbesar dari genre ini. Pada abad ketiga, seni rupa Kristen masih terikat pada tema-tema tradisional, tanpa karakterisasi religius yang univokal; itu termasuk tokoh-tokoh alegoris, seperti gembala “kriophoros” (dengan seekor domba jantan di pundaknya), dan wanita dalam doa, simbol kedermawanan dan kesalehan, serta “filsuf” dan “renungan” yang meminjamkan diri, dalam potret, untuk memuji kebijaksanaan almarhum. Umat Kristen secara bertahap menyesuaikan model-model ini, menanamkannya dengan arti baru: “kriophoros” disamakan dengan Kristus, “Gembala yang Baik”, “kesalehan” dikaitkan dengan doa umat beriman yang menunggu Keselamatan, dan “filsuf” menjadi inisiat sejati Pengetahuan Kristen. Pada sarkofagus “Via Salaria”, almarhum, yang duduk di sisi tempat kejadian, digambarkan sedang berdiskusi secara ilmiah. Apapun keyakinan mereka, tema yang mereka diskusikan adalah yang disebutkan, diwakili oleh sosok – gembala dan sosok dalam doa – di tengah relief.-sumber: www.museivaticani.va
Selain itu katekismus gereja katolik menandaskan dengan jelas makna penghormatan pada patung atau gambar orang kudus sebagai berikut: Penghormatan Kristen terhadap gambar tidak bertentangan dengan perintah pertama, yang melarang patung berhala. Karena “penghormatan yang kita berikan kepada satu gambar menyangkut gambar asli di baliknya” (Basilius, Spir. 18,45), dan “siapa yang menghormati gambar, menghormati pribadi yang digambarkan di dalamnya” (Konsili Nisea 11: DS 601), Bdk. Konsili Trente: DS 1821-1825; SC 126; LG 67. Penghormatan yang kita berikan kepada gambar-gambar adalah satu “penghormatan yang khidmat”, bukan penyembahan; penyembahan hanya boleh diberikan kepada Allah. “Penghormatan kepada Allah tidak diberikan kepada gambar sebagai benda, tetapi hanya sejauh mereka itu gambar-gambar, yang mengantar kepada Allah yang menjadi manusia. Gerakan yang mengarahkan ke gambar sebagai gambar, tidak tinggal di dalam ini, tetapi mengarah kepada Dia, yang dilukiskan di dalam gambar itu” (Tomas Aqu., s.th. 2-2,81,3, ad 3).-KGK2132.
Nah, sekarang paham kan, bahwa orang katolik tidak menyembah patung dan orang katolik tidak menyembah berhala. Melalui patung atau gambar, orang katolik memberikan penghormatan kepada pribadi yang digambarkan.
-sumber: KOMSOS-KeuskupanAgungSemarang.