Apa bedanya Kristen Katolik dan Kristen Protestan?

Q : Apa bedanya Kristen Katolik dan Kristen Protestan?
A : Jawaban.

Jawaban:

Matius 16:18 TB;
Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.

1 Petrus 2:9-10 TB;
9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:
10 kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.

Efesus 4:10-12 TB;
10 Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.
11 Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,
12 untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,

Dalam pelaksanaannya sebagai jemaat pengikut Kristus (Mat 16:18), yang sangat jelas terlihat adalah pada kedua agama ini mempunyai kesamaan mendasar yaitu sama-sama merupakan penganut iman kristiani (percaya akan kebangkitan Kristus yang memberikan keselamatan bagi semua manusia yaitu membebaskan dosa-dosa umat-Nya).

Walaupun berbeda dalam beberapa hal seperti tata cara pelaksanaan (tata ibadah) di gereja masing-masing dan juga berbeda dalam beberapa pandangan mengenai penafsiran ajaran Alkitab, tetapi satu sama lain hingga kini tetap berjalan bersama dan hidup berdampingan serta saling menghormati. Pada dasarnya, sebagai umat Kristiani harus mewartakan keselamatan kepada semua orang yaitu iman di dalam Yesus Kristus / sebagai jemaat pengikut Kristus / menjadi murid-murid Kristus setelah masing-masing menetapkan diri melalui pembaptisan sehingga dapat hidup bersatu dengan Kristus. Maka dengan demikian iman kristianilah yang pada akhirnya menyatukan kami di dalam Tuhan.

Perbedaan ini akan kita bahas satu-persatu untuk beberapa poin diantaranya; 

1. Perbedaan sebutan pemimpin ibadah.

Dari segi pemimpin ibadah (pemimpin upacara agama/pemuka agama), Kristen Katolik dan Kristen Protestan memiliki penyebutan (panggilan) yang berbeda di dalam gereja masing-masing / tempat berhimpun;

  • Kristen protestan dipimpin oleh seorang (imam: pendeta atau penatua), sedangkan;
  • Kristen katolik dipimpin oleh seorang (imam: pastor, uskup, kardinal, paus).

Kristen protestan:
Dalam gereja Kristen protestan, ada Pelayan Tahbisan yaitu Pendeta yang merupakan pejabat tertinggi, lalu Penatua, Penginjil (Evangelis), dan yang terakhir adalah Diaken (Diakones), kemudian ada Pelayan Non-Tahbisan yaitu Guru-guru jemaat; seperti guru sekolah minggu, guru pelatih paduan suara; ataupun pelayan kegiatan administratif dalam organisasi gereja, dsb. Jabatan pelayanan dan jabatan organisasi dalam gereja berbeda-beda, akan tetapi semua adalah sama tujuannya yaitu untuk melayani dan membangun tubuh Kristus (Efesus 4:10-12).

  • Pendeta (Dewanagari: पण्डित, paṇḍit) adalah sebutan bagi pemimpin agama (ibadah). Di Indonesia, saat ini istilah pendeta digunakan untuk sebutan pemimpin agama Kristen Protestan yang telah ditahbiskan. Pendeta adalah seorang pengajar umum dalam jemaat. Ia memiliki kewajiban untuk menentukan suasana dalam jemaat sehingga jemaat dapat lebih giat memenuhi panggilannya sebagai sebuah persekutuan yang belajar-mengajar. Selain itu, pendeta juga merupakan seorang pengajar khusus, yaitu ia harus melibatkan diri secara langsung sebagai seorang pengajar. Terdapat tiga wadah di mana pendeta dapat secara langsung mengajar, yaitu pada kelas katekisasi, kelas pendidikan teologi jemaat, dan mimbar. Dalam beberapa denominasi kristen protestan, status rohaniwan hanya diberikan kepada laki-laki, sementara beberapa denominasi kristen protestan yang lainnya mengakui pula perempuan sebagai rohaniwan (atau rohaniwati). Misalnya: HKBP, 27 Juli 1986 – Penahbisan Pertama Pendeta Wanita di HKBP, Pdt. Norce P. Lumbantoruan.
  • Penatua (atau tua-tua) adalah seorang yang ditahbiskan; sebuah jabatan gerejawi yang ada di sebuah gereja. Kata Penatua sendiri berasal dari bahasa Yunani ‘presbyteros’ yang berarti seorang yang dituakan, yang berpikir matang, sesepuh. Penatua juga dapat diartikan sebagai pemimpin agama Kristen. Sejarah penyebutan ‘penatua’ ini mengikuti contoh kepemimpinan sinagoge jaman dahulu. Penatua di dalam agama Kristen protestan juga dapat berperan menjadi pemimpin ibadah. Contoh di GMIM: [Penatua Vicky Pimpin Ibadah di GMIM Eben Haezer Ranomerut.-Penulis: Finneke, Editor: Indry Panigoro, di tribunmanado.co.id].
  • Penginjil (Evangelis) adalah seorang yang ditahbiskan untuk melakukan penginjilan (atau evangelisme) mengacu pada praktik menyampaikan informasi tentang ajaran-ajaran kepercayaan kristiani kepada orang lain yang tidak memegang keyakinan itu. Namun menilik pada perjalanan misi Yesus Kristus ketika di bumi ini yang berdasarkan informasi dari kitab injil maupun sejarahnya, penginjilan sebenarnya lebih menekankan pada praktik kehidupan berbelas kasih itu sendiri, lebih dari sekadar penyampaian informasi. Penginjilan menekankan pada kehidupan alamiah yang melibatkan tiap manusia untuk memiliki hati yang tergerak akan belas kasih pada sesama manusia, siapapun, kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun. Penginjilan tidak seharusnya berhubungan dengan tujuan pemindahan agama orang lain menjadi agama yang sama dengan sang penginjil. Orang Kristen yang mengkhususkan diri dalam penginjilan dikenal sebagai penginjil dan berada pada sebuah komunitas asal mereka atau hidup juga sebagai misionaris di lapangan. Beberapa tradisi Kristen, penginjil adalah berada dalam posisi kepemimpinan juga, mereka dapat ditemukan berkhotbah kepada pertemuan besar (ibadah) atau dalam peran pemerintahan gereja. Kelompok-kelompok Kristen yang secara aktif mendorong penginjilan kadang-kadang dikenal sebagai penginjil. Dalam Tulisan Suci tidak menggunakan kata ‘penginjilan’, tetapi istilah penginjil / ‘pemberita injil’ digunakan dalam Kisah Para Rasul 21:08, Efesus 4:11, dan 2 Timotius 4:5. Seorang penginjil ditahbiskan dan disebut / dipanggil sebagai Pendeta. Komunikasi iman Kristen untuk wilayah geografis dan budaya baru sering disebut sebagai evangelisasi, atau secara khusus, atau penginjilan dunia (misi pewartaan kabar sukacita).
  • Diaken, (bahasa Yunani: διάκονος, diakonos; bahasa Latin: diaconus) adalah anggota diakonat, yakni jawatan pelayanan dalam Gereja. Wujud pelayanan diakon berbeda-beda menurut masing-masing aliran teologi dan denominasi yang ada dalam agama Kristen. Dalam beberapa aliran, diakonat adalah jawatan rohaniwan (dengan tahbisan); sementara dalam aliran lain, diakonat adalah jawatan awam (tanpa tahbisan). Contoh: Diaken dalam gereja Lutheran: ‘Gereja Lutheran Injili di Amerika‘ (ELCA, Evangelical Lutheran Church in America), tugasnya terlibat dalam khotbah, membantu dalam ibadah, memimpin ibadah bilamana tidak ada pendeta, dan tugas-tugas kejemaatan lainnya; meskipun demikian, mereka terutama terpanggil untuk melakukan pelayanan di luar gereja, dalam bidang-bidang seperti pelayanan kampus, pelayanan kelompok-kelompok tertentu, pelayan sosial, bimbingan rohani, pemeliharaan jemaat dan komunitas, dan bidang-bidang lainnya.

Kristen katolik:
‘Imam’ atau ‘Pastor’ adalah seorang yang ditahbiskan dan diberikan wewenang untuk menyelenggarakan upacara keagamaan. Jabatan atau kedudukan mereka disebut Imamat. Pastor (juga dilafalkan Pastur), atau kadang dipanggil dengan “Romo” adalah sebutan bagi pemimpin upacara keagamaan (ibadah) di lingkungan paroki Gereja Kristen Katolik.
Kata ‘Imam’ dan ‘Pastor’ berasal dari dua kata Yunani;

  • Presbyteros, kata Latin: Presbyter, atau dalam bahasa Inggris: Priest,
    bahasa Yunani ‘presbyteros’ yang berarti seorang yang dituakan (Penatua), yang berpikir matang, sesepuh.
  • Hiereus, kata Latin: Sacerdos, mengacu kepada orang yang mempersembahkan korban, atau dalam konsep Kekristenan dapat berarti imam yang mempersembahkan korban Ekaristi (Perjamuan Kudus).

Dalam Kristen katolik, adapula untuk istilah penyebutan Uskup, Kardinal, dan Paus adalah sama perannya sebagai pemimpin ibadah/pemuka agama karena ketiganya sudah ditahbiskan sebagai imam sama seperti seorang Imam/Pastor, tetapi yang membedakan adalah tugasnya saja. Untuk Uskup tugasnya adalah untuk mengatur kelompok-kelompok gereja (paroki), sedangkan untuk Paus tugasnya adalah untuk mengepalai seluruh gereja katolik ritus barat dan ritus timur di seluruh dunia di dalam gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik. Dan Dewan Kardinal bertugas untuk mengikuti proses pemilihan Sri Paus (Tahta Suci), dan memberikan masukan kepada Sri Paus mengenai masalah-masalah Gereja ketika Sri Paus memanggil mereka ke dalam sebuah konsistori biasa (pertemuan). Dalam gereja katolik, hanya boleh laki-laki yang ditahbiskan sebagai Pastor, tidak ada Pastor wanita. Tetapi di gereja katolik memiliki kaum wanita dengan misi pelayanan sesama seperti halnya pastor, biarawati tidak menikah karena telah mengucapkan atau mendeklarasikan 3 kaul yakni kaul kemurnian, kaul ketaatan, dan kaul kemiskinan dalam suatu komunitas religius disebut suster (rohaniwati/biarawati), tetapi seorang suster bukan sebagai pemimpin ibadah/pemuka agama.

2. Perbedaan penyebutan dalam pembagian wilayah.

Dalam Kristen protestan, ada istilah-istilah sbb;

  • Sinode Wilayah (Majelis Sinode Wilayah/Majelis Sinode)
  • Klasis Wilayah (Majelis Daerah/Musyawarah Pelayanan)
  • Majelis Jemaat Setempat (Majelis Gereja-Gereja Setempat)

Sinode menurut sejarah adalah sidang majelis Gereja yang lazimnya diselenggarakan untuk memutuskan perkara doktrin, kepengurusan, atau pengajuan permohonan resmi. Pada zaman modern, kata ini sering kali digunakan sebagai sebutan bagi badan pengurus Gereja tertentu.

Klasis adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut suatu tingkatan kemajelisan jemaat per wilayah dalam Gereja Kristen Protestan. Klasis berada di bawah Majelis Sinode Wilayah.

Majelis Jemaat Setempat adalah Sub Tingkatan Kemajelisan di bawah Majelis Klasis dan Majelis Sinode di Gereja Protestan. Tugasnya mengawal dan melayani di tingkatan jemaat.

Dalam Kristen katolik, ada istilah-istilah sbb;

Mulai dari himpunan persekutuan jemaat terkecil sampai kepada himpunan persekutuan jemaat terbesar yang semuanya tergabung dalam satu kepemimpinan jemaat gereja tertinggi dalam hal kewenangan pengajaran Iman Gereja (Magisterium Gereja), diantaranya;

  1. Kelompok Kring (komunitas terkecil <10 kepala keluarga),
    Lingkungan (10 – 50 kepala keluarga),
    Wilayah (3-8 lingkungan),
    Stasi (persekutuan lingkungan/wilayah >60 kepala keluarga),
    Paroki (komunitas beriman dengan batas-batas kewilayahan tertentu dalam Keuskupan, >100 kepala keluarga dapat dibagi menjadi 2 paroki).
    Dekanat (Himpunan Paroki);
    Dekanat (bahasa Latin: Decanatus) adalah suatu himpunan gerejawi dalam Gereja Katolik Roma.
  2. Keuskupan untuk tiap wilayah.
    Seorang Uskup juga adalah seorang yang ditahbiskan menjadi imam. Seorang Uskup dapat pula memimpin ibadah (bertugas sebagai Pastor paroki) atau dapat bertugas dalam karya-karya lainnya di luar gereja. Tugas Uskup sebagai pengatur suatu wilayah administratif (pengatur kelompok-kelompok gereja per wilayah, dan bertanggungjawab atas seluruh Gereja Katolik (Paroki) yang berada di dalam wilayah Keuskupan-nya. Uskup dipanggil dengan sebutan Bapak Uskup atau dengan sebutan “Monsinyur” (Mgr.).
  3. Dewan kardinal & Kepausan.
    Kardinal (disebut Uskup Agung): pejabat senior dalam Gereja Katolik untuk setiap wilayah. Berada di bawah Paus dan ditunjuk langsung oleh paus sebagai anggota dewan kardinal. Tugas para kardinal adalah untuk menghadiri rapat dalam dewan suci dan siap sedia untuk hadir, baik secara pribadi maupun bersama-sama, kapanpun Sri Paus membutuhkan nasihat mereka. Umumnya para kardinal memiliki tugas tambahan, misalnya memimpin suatu keuskupan baik keuskupan pada umumnya maupun keuskupan tituler ataupun keuskupan agung serta memimpin suatu departemen dalam Kuria Romawi. [Uskup tituler: Uskup yang tidak bertugas pada satu wilayah Keuskupan, misalnya Uskup yang ditunjuk oleh Tahta Suci (The Holy See) di Vatikan, Roma guna melayani kebutuhan khusus seperti di Militer]. Akan tetapi fungsi terpenting mereka adalah memilih Paus baru, bilamana terjadi kekosongan tahta keuskupan Roma karena kematian atau pengunduran diri Paus yang lama.
    Paus (Uskup Roma): Paus (bahasa Belanda: paus; bahasa Latin: papa; bahasa Yunani: πάππας pappas, bahasa Indonesia: “ayah”) adalah Uskup Roma dan pemimpin Gereja Katolik ritus barat dan ritus timur di seluruh dunia (Gereja Latin).

3. Perbedaan penggunaan Alkitab.

Alkitab Kristen protestan dan Kristen katolik adalah sama, yaitu menggunakan terjemahan baru (TB LAI). Namun Kristen katolik mengkanonisasi kitab-kitab Deutero PL yaitu 7 kitab dan 2 tambahan sebagai “kanon kedua”.

Perbedaannya adalah sbb;

  1. Alkitab protestan:
    Alkitab TB: 39 kitab Proto PL+ 27 kitab PB, total 66 kitab.
  2. Alkitab katolik:
    Alkitab TB Deuterokanonika: 39 kitab Proto PL+ 7 kitab Deutero + 2 tambahan surat + 27 kitab PB, total 73 kitab.
    PL: Perjanjian lama
    PB: Perjanjian baru.

4. Perbedaan dalam pelaksanaan tata cara ibadah.

Kristen protestan:
Tata cara ibadah dalam kristen protestan itu berbeda-beda tergantung dengan kebijakan gereja masing-masing. Dalam Kristen protestan terdapat 2 sakramen: Baptisan Kudus dan Sakramen Kudus. Kemudian dari segi lagu-lagu, gereja protestan menggunakan buku yaitu ‘Kidung Jemaat’, sedangkan gereja pentakosta (karismatik) biasanya menggunakan lagu-lagu yang sedang menjadi trend, misalnya dari JPCC worship, Hillsong worship, dll. Di gereja protestan juga ada yang namanya wadah-wadah; wadah-wadah ini menaungi anak-anak muda, kaum ibu, kaum bapa, kaum janda-janda, dan di setiap gereja memiliki sebutan yang berbeda-beda. Namun secara umum kebaktian Protestan adalah sbb:-sumber: Wikipedia-Kebaktian Protestan.

  1. Menghadap Allah – Perarakan Pendeta, Majelis, dan Diaken dari ruang Konsistori (pertemuan) diiringi Kidung Menghadap Allah.
  2. Votum (memohon kehadiran Tuhan dalam peribadahan), Salam, dan Nats (petikan, perkataan atau kalimat dari Alkitab) dan Introitus (Nyanyian tema Ibadah).
  3. Pengakuan Dosa, Kyrie, Penyampaian Berita Anugerah, dan Gloria.
  4. Pemberitaan Firman Allah:
    1. Doa Epiklesis (salah satu bagian pada liturgi Perjamuan Kudus yang berisi permohonan akan kehadiran Roh Kudus. Kata epiklesis berasal dari Bahasa Yunani, yakni ἐπίκλησις, yang berarti seruan dan permohonan dengan cara memanggil atau permohonan agar Roh Kudus turun).-sumber Wikipedia-Epiklesis.
    2. Bacaan-bacaan Alkitab.
    3. Khotbah.
    4. Nyanyian Tanggapan Firman.
  5. Pengakuan Iman Rasuli.
  6. Liturgi Persembahan dan Doa Syafaat (mendoakan orang lain termasuk di dalamnya mendoakan bangsa dan negara, mendoakan orang orang yang kelaparan ditempat lain/negara lain, mendoakan umat beragama lain. Atau bisa juga dengan mengangkat topik khusus seperti: berdoa untuk orang orang yang sedang berjuang menghadapi sakit kanker, atau bagi mereka yang baru saja ditinggalkan orang yang dikasihinya, dan seterusnya.-sumber: Wikipedia-Doa Syafaat.
  7. Liturgi Pengutusan dan Berkat.

Kristen katolik:
Sedangkan tata cara ibadah di kristen Katolik dikenal dengan melakukan Misa atau dikenal dengan Sakramen Ekaristi (Perjamuan Ekaristi/Liturgi Ekaristi). Ada misa yang di lakukan pagi dan misa sore. Dan di dalam tata cara ibadah katolik memiliki tujuh sakramen yaitu, sakramen pembaptisan, sakramen Ekaristi, sakramen penguatan, sakramen rekonsilisasi, sakramen pengurapan orang sakit, sakramen imamat, dan sakramen pernikahan. Sedangkan untuk doa-doa dan pujian syukur lagu menggunakan buku ‘Puji Syukur’, tidak boleh menggunakan lagu-lagu trend di dalam liturgi kudus. Tetapi dalam nuansa Misa bertemakan khusus, misalnya Tema Perayaan Natal atas seizin Pastor/Romo dapat dilantunkan lagu-lagu bertemakan Natal. Di dalam kristen katolik ada kegiatan-kegiatan komunitas, seperti contohnya OMK (Orang Muda Katolik), Bina Iman, Pendalaman Iman, Ordo, dll.

5. Perbedaan dalam kehidupan pemuka agama.

Kristen protestan; memperbolehkan para pendetanya menikah tetapi hanya boleh memiliki satu pasangan saja. Seorang pendeta diperkenankan untuk menikah dan membangun rumah tangga. Seorang pendeta tidak mengabdikan seluruh hidupnya untuk melayani umat Tuhan yang menjadi jemaat gerejanya, namun juga untuk menghidupi keluarganya.

Kristen katolik; para pemuka agamanya mulai dari pastor, uskup, kardinal, paus adalah tidak diperbolehkan menikah. Mereka mengabdikan seluruh hidupnya untuk menggembalakan umat Katolik. Mereka harus menjalankan kehidupan selibat tradisi suci yang dibawa oleh imam gereja. Ketika mereka sudah menetapkan diri untuk menjadi salah satu dari misi pelayanan Tuhan artinya mereka sudah siap untuk meninggalkan kehidupan duniawi mereka dan siap untuk mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan.

6. Gedung gereja.

Gereja katolik identik dengan batu bata dan gedung bangunan dengan tradisi altar dan bangku kayu panjang, dan juga kadang ditambahkan dengan bangku-bangku satuan untuk Misa di Aula (Kapel). Gereja kristen katolik dibangun mengikuti ketentuan yang ditetapkan untuk pembangunan gereja, misalnya terdapat lukisan, relief yang memuat setiap peristiwa sengsara di setiap pemberhentian Yesus Kristus untuk perlengkapan ibadah umat jalan salib, khusus di Indonesia kebanyakan ciri khas gereja katolik bernamakan Santo & Santa di setiap Paroki yang berbeda-beda, dengan menggunakan ikon seni Kristen (berupa patung Yesus dan Maria), dan di dalam gereja simbol salib ada patung Yesus, dan di setiap gereja ada disediakan tempat berdoa bagi umat untuk Bunda Allah (Gua Maria), dan biasanya juga terdapat lonceng gereja.-Pokok pembahasan: Seni Kristen.

Gereja protestan identik dengan batu bata dan gedung bangunan untuk pelaksanaan ibadah. Gereja kristen protestan dibangun memiliki tampilan eksterior pada umumnya, bangunan dengan atap genteng beserta halamannya, contohnya seperti GPIB Immanuel Jakarta, GKPI Sumatera Utara, GPPS Surabaya, dsb. Dengan menggunakan bangku-bangku boleh terbuat dari kayu atau terbuat dari besi bukan merupakan halangan. Tetapi khusus untuk penggunaan ikon seni Kristen; Beberapa tokoh reformasi Protestan, khususnya Andreas Karlstadt, Huldrych Zwingli dan Yohanes Calvin mendukung penyingkiran citra-citra religius dengan mendasarkan pendapat mereka pada larangan penyembahan berhala dan pembuatan citra pahatan dari Allah dalam Dekalog (Sepuluh Perintah Allah). Hasilnya, patung-patung dan gambar-gambar dirusak dalam serangan spontan individual maupun huru-hara ikonoklastis yang tidak sah. Meskipun demikian, dalam banyak kasus citra-citra religius disingkirkan secara baik-baik oleh otoritas sipil di kota-kota dan daerah-daerah teritorial Eropa yang baru saja direformasi. Tidak seperti Gereja-Gereja Protestan lainnya, Gereja-Gereja Lutheran pada umumnya tidak begitu anti terhadap penggunaan citra-citra religius. Ini disebabkan oleh pernyataan Martin Luther sendiri bahwa orang-orang Kristen harus bebas untuk menggunakan citra-citra religius selama mereka tidak menyembahnya sebagai ganti Allah.-sumber: Wikipedia – Gereja Lutheran-Ikonoklasme.

7. Doa-doa.

Doa Bapa Kami dalam Kristen protestan dan Kristen katolik ada perbedaan dalam kalimat pengucapan, meski memiliki makna yang sama seperti tertuang di dalam Matius 6:9-13, sbb;-sumber: Wikipedia Doa Bapa Kami.

Versi protestan:
Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]

Versi katolik:
Bapa kami yang ada di surga, Dimuliakanlah nama-Mu, Datanglah kerajaan-Mu, Jadilah kehendak-Mu, di atas bumi seperti di dalam surga. Berilah kami rezeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat. [Sebab Engkaulah Raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya. Amin.]–

Di Kristen katolik ada doa yang dikhususkan untuk bunda Maria yaitu doa “Salam Maria”, sedangkan di Kristen protestan tidak semua menghaturkan doa ini. “Sebagian denominasi Protestan juga menggunakan doa ini. Kebanyakan dari teks Salam Maria dapat ditemukan dalam Injil Lukas.”-sumber: Wikipedia Doa Salam Maria.

  • Lukas 1:35 TB
    Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
  • Lukas 1:48-50 TB
    48 “sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,
    49 karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.

    50 Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.
    Doa Salam Maria:
    Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu, terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus. Santa Maria, bunda Allah,
    doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin.–

8. Perbedaan pandangan ajaran dalam Alkitab.

Jika dilihat secara sekilas memang tidak ada bedanya antara Kristen protestan dan Kristen katolik, sama-sama penganut iman kristiani, hanya saja dalam ajaran-ajaran Gereja katolik semuanya telah ditetapkan di dalam hukum kanonik gereja Katolik dan juga katekismus gereja Katolik sehingga menjadi pedoman bersama dalam pelaksanaan sebagai umat gereja Katolik. Ada 3 perbedaan signifikan dari protestan dan katolik, yaitu:

  1. Perbedaan penerapan ajaran-ajaran.
  2. Perbedaan pandangan mengenai iman dan perbuatan baik.
  3. Perbedaan pandangan mengenai indulgensia.

Untuk mengetahui perbedaan pandangan ajaran, sekilas kita harus melihat terlebih dahulu sejarah tentang Kristen protestan atau disebut dengan Protestanisme.

Gereja Protestan Tradisional:
Protestanisme adalah sebuah denominasi dalam agama Kristen. Denominasi ini muncul setelah protes Martin Luther pada tahun 1517 dengan 95 dalilnya. Kata Protestan sendiri diaplikasikan kepada umat Kristen yang menolak ajaran maupun otoritas Gereja Katolik. Kata ini didefinisikan sebagai gerakan agamawi yang berlandaskan iman dan praktik Kekristenan yang berawal dari dorongan Reformasi Protestan dalam segi doktrin, politik dan eklesiologi (Eklesiologi: ilmu tentang sejarah dan teologi gereja kristen), melawan apa yang dianggap sebagai penyelewengan Gereja Katolik Roma. Merupakan satu dari tiga pemisahan utama dari “Kekristenan Nicaea (Nicene)“, yaitu di samping Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks.

Ilustrasi cabang-cabang utama Kekristenan.

Kekristenan Nicaea (Nicene): Kekristenan Nicea atau Nicene Christianity adalah seperangkat tradisi doktrinal Kristen yang mencerminkan Kredo Nicea, yang dirumuskan pada Konsili Nicea Pertama pada 325 M dan diamandemenkan pada Konsili Konstantinopel Pertama pada 381 M. Tiga pemisahan utama gereja-gereja Kristen arus utama sebagai berikut;

  1. Gereja Katolik Roma: (Gereja Katolik Ritus Barat atau disebut Gereja Latin): Pusat / kesatuan dengan Gereja-gereja Katolik Ritus Timur. Melalui suksesi apostolik, percaya bahwa gereja merupakan kelanjutan dari komunitas Kristiani yang didirikan oleh Yesus dengan mentahbiskan Santo Petrus, sebuah pandangan yang juga dianut oleh banyak sejarawan. Gereja ini menetapkan doktrin-doktrinnya melalui berbagai konsili ekumenis (sidang), meneladani para rasul pertama dalam Konsili Yerusalem. Atas dasar janji-janji Yesus pada rasul-rasulNya yang tertera dalam Injil; Gereja ini percaya bahwa dituntun oleh Roh Kudus dan oleh karena itu terlindungi dari terjadinya kesalahan doktrin. Keyakinan-keyakinan Katolik didasarkan atas deposit iman (mencakup baik Kitab Suci maupun Tradisi Suci) yang diwarisi dari zaman Rasul-Rasul, dan yang diinterpretasi oleh Otoritas Pengajaran Gereja. Keyakinan-keyakinan tersebut terangkum dalam Kredo Nicea, dan secara resmi ditetapkan dalam Katekismus Gereja Katolik. Peribadatan Katolik yang formal, yang disebut liturgi, diatur oleh otoritas Gereja. Sakramen Ekaristi adalah salah satu dari tujuh sakramen Gereja Katolik dan bagian penting dari setiap Misa Katolik atau Liturgi Suci Katolik Timur, adalah pusat dari peribadatan Katolik. Gereja ini menyatakan bahwa “Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik,” didirikan oleh Yesus Kristus, tempat orang dapat menemukan kepenuhan sarana keselamatan, Gereja mengakui bahwa Roh Kudus dapat menggunakan komunitas-komunitas Kristiani lainnya untuk membawa orang menuju keselamatan. Gereja percaya bahwa dipanggil oleh Roh Kudus untuk mengupayakan kesatuan antar segenap umat Kristiani, sebuah gerakan yang dikenal sebagai ekumenisme. Dengan sejarah yang membentang sepanjang dua ribu tahun, Gereja ini adalah salah satu lembaga tertua di dunia; dan saat ini tantangan-tantangan modern yang dihadapi Gereja ini mencakup bangkitnya sekularisme (Sekularisme: ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau badan negara harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan)-[Pandangan Kardinal Ratzinger mengenai sekularisme]; dan tantangan mengenai penentangan aborsi; mengenai euthanasia (Euthanasia: praktik pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan); kontrasepsi; dan moralitas seksual (Moralitas seksual mengevaluasi perilaku seksual berdasarkan standar yang ditetapkan oleh teologi moral Katolik, dan banyak menyajikan prinsip-prinsip umum yang melaluinya umat Katolik dapat mengevaluasi apakah suatu tindakan memenuhi standar tersebut. Banyak pandangan terperinci Gereja yang berasal dari prinsip bahwa “kenikmatan seksual adalah tidak teratur secara moril apabila dicari demi dirinya sendiri, dipisahkan dari tujuan prokreatif [Prokreatif: atau Reproduksi adalah proses biologis suatu individu untuk menghasilkan individu baru. Reproduksi merupakan cara dasar mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan oleh pendahulu setiap individu organisme untuk menghasilkan suatu generasi selanjutnya], dan unitifnya [bahwa hubungan seksual memiliki suatu tujuan; suatu kesatuan personal yang mendalam, suatu kesatuan yang melampaui persatuan dalam satu daging serta mengarah pada pembentukan satu hati dan jiwa; dan melakukannya di luar pernikahan adalah bertentangan dengan tujuannya, atau penyimpangan (dosa-dosa) yang bertentangan dengan kemurnian misalnya masturbasi, pornografi, percabulan, praktik homoseksual & lesbian, dan kontrasepsi artifisial, maupun aborsi langsung yang dikehendaki.). Gereja katolik Roma adalah penganut pandangan Diofisitisme (Kristen Khalsedon).
  2. Gereja Ortodoks (Ortodoksi):
    • Gereja Ortodoks Timur (dengan nama resmi Gereja Katolik Ortodoks), juga disebut Gereja Ortodoks, Ortodoksi Timur, atau Ortodoksi. Gereja ini bukan bagian dari Gereja Katolik Ritus Timur. Gereja ini mengajarkan bahwa Gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik didirikan oleh Yesus Kristus dalam Amanat Agung-Nya kepada para rasul, dan mempraktikkan apa yang dipahami sebagai iman asli yang diwariskan dari para Rasul. Tahta episkopalnya yang paling utama adalah Konstantinopel. Sebelumnya, Gereja Ortodoks Timur berada dalam persekutuan dengan Gereja Latin sebelum Skisma Timur–Barat tahun 1054, dan dengan gereja-gereja Oriental selama kuartal pertama sejarahnya. Ortodoksi menyebar di seluruh Kekaisaran Romawi dan kemudian Bizantium serta daerah sekitarnya, memainkan suatu peran penting dalam budaya Eropa, Timur Dekat, Slavia, dan beberapa budaya Afrika. Perbedaan utamanya ialah bahwa Gereja Ortodoks Timur banyak menekankan ritus dan doa dalam bahasa tertentu, terutama dalam Bahasa Yunani Kuno atau “Bahasa Slavonik Kuno Gerejawi” (Old Church Slavonic). Sebenarnya Gereja Ortodoks menganut prinsip bahwa ibadah atau liturgi hendaknya dimengerti oleh umat. Oleh karena itu sejak permulaan, Gereja Ortodoks mendukung usaha penerjemahan Kitab Suci dan liturgi ke bahasa setempat. Bahasa Yunani Perjanjian Baru (bahasa Yunani Koine) adalah bahasa asli Kitab Suci Perjanjian Baru, jadi bahasa ini menduduki tempat khusus dalam kehidupan Gereja. Namun, di Yunani sekarang ibadah dirayakan dalam bahasa Yunani yang dimengerti umat, bukan bahasa Yunani abad pertama. Gereja Ortodoks Timur adalah penganut pandangan Diofisitisme (Kristen Khalsedon).
    • Gereja Ortodoks Oriental; telah memainkan peranan penting dalam sejarah dan budaya Abisinia, Armenia, Mesir, Sudan, serta beberapa daerah di Timur Tengah dan India. Gereja Ortodoks Oriental berkembang sendiri di bawah kepemimpinan Kebatrikan Aleksandria di Mesir, yang mula-mula adalah salah satu dari Pentarki dan satu-satunya takhta keuskupan selain Takhta Suci yang melestarikan gelar “Paus”. Kebatrikan Ortodok Suryani dalam persekutuan ini diakui sebagai Gereja yang berwenang mengayomi sebagian Umat Kristen Santo Tomas di India sampai sekarang. Paus Gereja Ortodoks Koptik Aleksandria (sekarang dijabat oleh Paus Tawadros II). Sebagai satu kesatuan, Gereja-Gereja ini memandang dirinya sebagai Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik yang didirikan oleh Yesus Kristus melalui Amanat Agung, dan bahwasanya para uskup adalah para pengganti rasul-rasul Kristus. Sebagian besar Gereja dalam persekutuan Gereja Ortodoks Oriental ini adalah merupakan anggota Dewan Gereja-Gereja Ortodoks Oriental Sedunia. Semua anggota persekutuan ini menganut pandangan teologi yang kurang lebih identik, dengan paham Miafisitisme sebagai ciri khasnya. Miafisitisme (kadang-kadang disebut henofisitisme) adalah kristologi dari Gereja-Gereja Ortodoks Oriental. Menurut miafisitisme, dalam satu pribadi Yesus Kristus itu, keilahian dan kemanusiaan dipersatukan dalam satu “kodrat” atau “hakikat” (“fisis”), kedua kodrat-Nya dipersatukan tanpa pemisahan, tanpa pembauran, dan tanpa alterasi (Alterasi menurut St. Yohanes dari Damaskus: ‘tubuh yang dilahirkan bersatu dengan keilahian’). Konsili Khalsedon (451) kerap dipandang sebagai titik awal percabangan kristologi, karena konsili ini mengadopsi diofisitisme. Akan tetapi, karena sebagian besar Gereja di syria dan Mesir, yang menganut pandangan miafisitisme, menolak keputusan konsili itu, maka kontroversi tersebut menjadi suatu masalah sosio-politis utama dalam Kekaisaran Byzantium.
  3. Gereja Protestan Tradisional: Istilah “Protestan” merujuk kepada “surat protes” yang disampaikan oleh para pembesar yang mendukung protes dari Martin Luther melawan keputusan Diet Speyer pada tahun 1529, yang menguatkan keputusan (maklumat) Dekrit Worms yang mengecam ajaran Martin Luther sebagai ajaran sesat (heretik). [Philip dari Hesse di Sinode Homberg (20 Oktober 1526) dan Elektor John dari Sachsen menafsirkan dekrit tersebut sesuai dengan keinginan mereka sendiri dan menggunakan hak istimewa sementara tindakan independen dengan sebaik-baiknya, terlepas dari keterbatasannya atau pandangan Kaisar. Luther sendiri memahami Diet of Speyer telah memberinya penangguhan sementara atas tuduhan bid’ah.]-sumber: Wikipedia-Diet of Speyer-Decisions; Protestan adalah penganut pandangan Diofisitisme (Kristen Khalsedon).
Ilustrasi cabang-cabang utama Kekristenan.

Konsili Kalsedon tahun 451: Konsili ini menolak doktrin monofisitisme dari kaum pengikut Eutikus [Eutikus mengajarkan bahwa “Hanya ada satu fusis, sebab itulah Inkarnasi (penjelmaan) dari Allah Sang Firman.], dan konsili ini menetapkan Pengakuan Iman Khalsedon (atau penganut Kristen Khalsedon), yang menggambarkan kemanusiaan penuh dan keilahian penuh dari Yesus, pribadi kedua dari Tritunggal Kudus. Pengakuan iman Khalsedon disebut dengan paham Diofisitisme.

Diofisitisme: Dalam teologi Kristen, diofisitisme (bahasa Yunani: δυοφυσιτισμός, dari δυο (dyo), berarti “dua” dan φύσις (physis), berarti “hakikat”) adalah pandangan teologis bahwa Yesus Kristus memiliki hakikat ilahi dan manusia.

Miafisitisme: menganut paham bahwa di dalam satu pribadi Yesus Kristus itu, keilahian dan kemanusiaan dipersatukan dalam satu kodrat atau “hakikat” (“fisis”), kedua kodrat-Nya dipersatukan tanpa pemisahan, tanpa pembauran, dan tanpa alterasi.

Monofisitisme (berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu mono yang berarti satu, dan phusis yang berarti kodrat atau hakikat). Jika disatukan, nama ini berarti persatuan kodrat dan dalam bahasa Inggris, dikenal dengan Monophysitism. Monofisit adalah ajaran yang diklaim sebagai ajaran bidaah oleh Konsili Khalsedon pada tahun 451Aliran ini memahami bahwa Kristus hanya memiliki satu kodrat, yaitu kodrat ilahi, karena kodrat kemanusiaan-Nya telah terserap dalam keilahian-Nya.

Ada berbagai upaya persatuan antara dua kubu yaitu antara golongan monofisit dan paham yang dianut Gereja-gereja Ortodoks (termasuk Henotikon pada tahun 482), dan beberapa kali dilakukan perubahan atas perimbangan kekuasaan.

Henoticon (“tindakan persatuan”) adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Kaisar Romawi Timur Zeno pada tahun 482 dalam upaya untuk mendamaikan perbedaan antara pendukung Kalsedon dan non-Kalsedon setelah Konsili Ekumenis Keempat. Dokumen tersebut disiapkan oleh Acacius, Patriark Konstantinopel. Dengan tindakan ini Zeno berharap dapat menenangkan penduduk provinsi Romawi di Mesir, Palestina, dan Suriah yang semakin mengadopsi formula Monofisitisme yang dikutuk oleh Dewan. Zeno mengumumkan Henoticon tanpa persetujuan Sinode para uskup. Dengan tindakan ini, Zeno berharap dapat menenangkan provinsi-provinsi non-Khalsedon yang semakin meningkat di Mesir, Palestina, dan Suriah.

Kendati demikian, keputusan Konsili Khalsedon tetap menjadi ajaran resmi Gereja Ortodoks Timur, Gereja Katolik Roma dan Gereja Protestan tradisional. Sedangkan; Gereja-Gereja Ortodoks Non-Khalsedonia biasanya dikelompokkan bersama sebagai Gereja Ortodoks Oriental. Selama beberapa tahun terakhir, para pimpinan berbagai cabang Gereja ini telah berbicara mengenai perbedaan-perbedaan dalam kristologinya masing-masing yang tidaklah seekstrem pandangan yang dianut secara tradisional.

Denominasi Gereja Protestan:

  • Lutheranisme: Gereja-gereja Lutheran adalah gereja-gereja yang berasaskan ajaran Martin Luther, tokoh Reformasi gereja pada abad ke-16 yang mengkritik ajaran dan praktik Gereja pada waktu itu.
  • Anglikanisme: Anglikanisme (bahasa Inggris: Anglicanism) adalah suatu tradisi di dalam Kekristenan yang terdiri dari Gereja Inggris dan gereja-gereja yang secara historis terkait dengannya ataupun memiliki keyakinan, praktik ibadah, dan struktur gereja yang serupa. Kata Anglikan berasal dari ecclesia anglicana, sebuah frasa Latin Pertengahan yang berasal dari Magna Carta (piagam besar Inggris tahun 1215) dan masa sebelumnya, yang berarti “Gereja Inggris”.
  • Calvinisme: Calvinisme adalah sebuah sistem teologis dan pendekatan kepada kehidupan Kristen yang menekankan kedaulatan pemerintahan Allah atas segala sesuatu. Gerakan ini dinamai sesuai dengan reformator Prancis Yohanes Calvin, sehingga kadang-kadang varian dari Kekristenan Protestan ini disebut teologi Reformed. Ada juga yang menyebutnya sebagai teologi Hervormd, iman Hervormd, atau tradisi Hervormd.
  • Anabaptisme: Anabaptis (bahasa Yunani: ανα βαπτιζω – dibaptis kembali) adalah orang Kristen yang dimasukkan ke dalam kategori Reformasi Radikal. Mereka tidak memiliki suatu organisasi yang resmi dan memiliki berbagai-bagai variasi. Sepanjang sejarah ada banyak kelompok Kristen yang disebut sebagai Anabaptis, tetapi istilah Anabaptis khususnya menunjuk kepada kelompok Anabaptis pada abad ke-16 di Eropa.
  • Restorasionisme: Restorasionisme merujuk kepada sejumlah gerakan keagamaan yang tidak terafiliasi yang mengajarkan bahwa Gereja-gereja Katolik, Ortodoks dan Protestan memasukkan ajaran-ajaran yang menyimpang ke dalam agama Kristen.

Pada kenyataannya, gerakan Reformasi Protestan yang dilakukan oleh Martin Luther bukanlah yang pertama kali terjadi di kalangan Gereja Katolik, sebab sebelumnya sudah ada gerakan-gerakan serupa seperti yang terjadi di Prancis yang dipimpin oleh Peter Waldo (dan kini para pengikutnya tergabung dalam Gereja Waldensis) pada pertengahan abad ke-12, dan di Bohemia (kini termasuk Ceko) di bawah pimpinan Jan Hus atau Yohanes Hus (1369-1415). Gereja Waldensis banyak terdapat di Italia dan negara-negara yang mempunyai banyak imigran dari Italia, seperti Uruguay. Sementara para pengikut Yohanes Hus di Bohemia kemudian bergabung dengan Gereja Calvinis.

Pada 2005, sekitar 5,9%–14.276.459 jiwa dari 241.973.879 penduduk Indonesia, beragama Protestan dan sensus tahun 2010 sekitar 6,96%-16.528.513 jiwa. Karena pengaruh para misionaris dari Belanda dan Jerman, kebanyakan gereja Protestan di Indonesia sangat diwarnai oleh ajaran Calvin, dan sebagian lagi mempunyai corak Lutheran.

Pengikut gerakan Protestan menyebut pengelompokan gereja-gereja menurut doktrin-doktrin landasan mereka sebagai “denominasi”. Mereka merupakan nama bagian-bagian berbeda dalam suatu “Gereja” yang utuh. Kaum Protestan menolak doktrin Gereja Katolik Roma sebagai satu-satunya gereja yang benar. Sejumlah denominasi Kristen lebih ketat dibanding yang lain dan ada dasar-dasar ortodoksi yang dipertentangkan di antara denominasi-denominasi tersebut. Denominasi individual juga bermunculan menurut perbedaan teologi yang kadang sangat tidak kentara. Banyak juga denominasi yang sekadar merupakan ekspresi kedaerahan atau etnis terhadap kepercayaan yang sama, yang mengakui Lima Sola sebagai prinsip dasar utama iman Kristen. Kelompok Non-denominasional [yang bukan merupakan ajaran-ajaran gereja arus utama] juga dimasukkan ke dalam golongan Protestan. Karena semua faktor ini, penghitungan yang pasti tidak dimungkinkan, tetapi diperkirakan ada sekitar 33.000 denominasi Protestan.-sumber: Wikipedia – Protestanisme.

Meskipun doktrin dari denominasi-denominasi Protestan jauh dari seragam, ada beberapa keyakinan yang tersebar pada Protestantisme yaitu 3 doktrin sola gratia, sola fide, dan sola scriptura.

  • Sola gratia berpegang bahwa keselamatan merupakan anugerah dari Tuhan. Manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.
  • Sola fide berpegang bahwa keselamatan yang datang hanya melalui iman di dalam Yesus sebagai Kristus, bukan melalui perbuatan baik.
  • Sola scriptura mempertahankan bahwa Alkitab (bukan tradisi gereja atau interpretasi gerejawi dari Alkitab) adalah sumber otoritas final untuk semua orang Kristen.-sumber: Wikipedia-Doktrin Protestanisme.

Namun adapula denominasi-denominasi Protestan yang menganut 5 doktrin sola, sbb;
5 Sola Reformasi Protestan;
“Saya merekam ini di tahun 2017 yang berarti saya memperingati 500 tahun Reformasi Protestan, karena umumnya orang menandai awal reformasi dari tanggal 31 Oktober 1517 ketika Martin Luther memaku 95 tesisnya di pintu gereja Wittenberg Castle Church.-sumber: cafeteologi.
Kata “sola” adalah bahasa latin untuk “hanya” atau “saja”. Dan kelima sola dari reformasi protestan tersebut adalah:

  • Sola Gratia (Anugerah saja),
  • Solus Christus (Kristus saja),
  • Sola Fide (Iman saja),
  • Soli deo Gloria (Hanya untuk kemuliaan Tuhan saja),
  • Sola Scriptura (Alkitab saja).

Gereja-gereja Protestan umumnya menolak doktrin Katolik dan Ortodoks mengenai pewarisan apostolik dan pelayanan sakramental dari klerus. Meskipun Reformasi Protestan dimulai di Eropa, hanya sekitar 19% umat Kristen Eropa yang menjadi bagian dari tradisi Protestan, seperti di bagian selatan Eropa berada di bawah pengaruh non-Katolik.-sumber: Wikipedia Protestanisme, dan Kekristenan di Eropa.

Namun jika dilihat dan ditelusuri secara keseluruhan, itulah alasan-alasan yang membedakan Kristen katolik dengan Kristen protestan. Kristen katolik (Katolik Roma) berdiri teguh pada prinsip gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik;- begitu pula dengan Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Ortodoks Oriental. Lihat: Ciri-ciri Gereja Katolik; sedangkan Kristen protestan menolak tradisi itu.

Maka itulah sebab Kristen katolik mempertahankan pewarisan apostolik dan pelayanan sakramental dari klerus (yang merupakan tradisi suci dan sudah menjadi ketetapan dalam hukum kanonik gereja Katolik dan katekismus gereja Katolik); dengan tujuan yang pertama adalah mempertahankan tradisi / ajaran-ajaran lisan dan tertulis (2 Tesalonika 2:15); dan tujuan yang kedua agar tidak terjadi penyelewengan ajaran-ajaran lainnya (kesesatan ajaran) / timbulnya denominasi-denominasi Kristen lainnya yang menyebabkan ketidakseragaman keyakinan (perpecahan) dalam berbagai rupa aliran keyakinan.

Sekilas mengenai Martin Luther;
Martin Luther, O.S.A. (bahasa Jerman: ˈmaɐ̯tiːn ˈlʊtɐ; lahir 10 November 1483 – meninggal 18 Februari 1546 pada umur 62 tahun), adalah seorang profesor teologi, komponis, imam, dan rahib berkebangsaan Jerman, serta seorang tokoh berpengaruh dalam Reformasi Protestan.

Luther menjadi penentang beberapa ajaran dan praktik dalam Gereja Katolik Roma. Ia sangat membantah pandangan Katolik mengenai indulgensi sebagaimana yang ia pahami, bahwa kebebasan dari hukuman akibat dosa dapat dibeli dengan uang. Luther mengusulkan suatu diskusi akademis seputar praktik dan keefektifan indulgensi dalam 95 Tesis karyanya tahun 1517. Penolakannya untuk menarik kembali semua ajaran dalam tulisan-tulisannya atas permintaan Paus Leo X pada 1520 dan Kaisar Romawi Suci Karl V pada 1521 di Sidang Worms mengakibatkan ekskomunikasinya oleh sang paus serta pemakluman dirinya sebagai seorang pelanggar hukum oleh sang kaisar.

Luther mengajarkan bahwa keselamatan dan, konsekuensinya, kehidupan kekal tidak diperoleh dengan perbuatan-perbuatan baik, namun diterima oleh orang percaya semata-mata sebagai anugerah bebas dari rahmat Allah melalui iman dalam Yesus Kristus sebagai penebus dari dosa. Teologinya menantang otoritas dan jabatan kepausan dengan mengajarkan bahwa Alkitab adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang diwahyukan secara ilahiah dari Allah, serta menentang sakerdotalisme dengan memandang semua orang Kristen sebagai imam yang kudus. [Sakerdotalisme: kepercayaan di beberapa gereja Kristen bahwa pendeta dimaksudkan sebagai mediator antara Tuhan dan umat manusia. Pemahaman tentang mediasi ini telah mengalami perkembangan dari waktu ke waktu dan terutama dengan munculnya studi sejarah dan alkitabiah modern, seperti halnya pemahaman tentang apakah pengorbanan Kristen dimaksudkan untuk mempengaruhi Tuhan atau untuk menarik perhatian kita kepada Tuhan yang bekerja di dalam kita]. Mereka yang mengidentifikasi diri dengan hal-hal tersebut, dan semua ajaran Luther yang lebih luas, disebut Lutheran, kendati Luther bersikeras dengan Kristen ataupun Injili semata sebagai nama-nama yang dapat diterima untuk menyebut individu yang mengakui Kristus.

Penerjemahan Alkitab yang dilakukannya ke dalam bahasa vernakular Jerman (bukan bahasa Latin) menjadikan Alkitab lebih mudah diakses oleh kaum awam, sehingga menghasilkan dampak yang luar biasa pada gereja maupun budaya Jerman. Hal tersebut membantu perkembangan dari versi baku bahasa Jerman, menambahkan sejumlah prinsip bagi seni penerjemahan, dan memengaruhi penulisan dari suatu terjemahan bahasa Inggris, yaitu Alkitab Tyndale. Himne-himne karyanya memengaruhi perkembangan nyanyian dalam gereja-gereja Protestan. Perkawinannya dengan Katharina von Bora, seorang mantan biarawati, menjadi model bagi praktik perkawinan klerikal, yang memungkinkan kaum rohaniwan Protestan untuk menikah.

Dalam dua karya tulis terakhirnya, Luther mengekspresikan pandangan-pandangan antagonistis (antagonistis: menentang/melawan) terhadap kaum Yahudi, menulis bahwa rumah-rumah dan sinagoge-sinagoge Yahudi seharusnya dihancurkan, uang mereka disita, dan kebebasan mereka dibatasi. Dikecam oleh hampir semua denominasi Lutheran, pernyataan-pernyataan tersebut dan pengaruhnya terhadap antisemitisme (antisemitisme: suatu sikap permusuhan atau prasangka terhadap kaum Yahudi dalam bentuk-bentuk tindakan penganiayaan/penyiksaan terhadap agama, etnik, maupun kelompok ras, mulai dari kebencian terhadap individu hingga lembaga) memberikan kontribusi pada status kontroversialnya.-sumber: Wikipedia-Gereja Lutheran.

Kristen katolik:

  1. Mengenai penerapan ajaran-ajaran:
    Respon Katolik: Pandangan dari Gereja Katolik Roma adalah bahwa denominasi Protestan tidak dapat dianggap sebagai gereja melainkan mereka adalah komunitas gerejawi atau komunitas kepercayaan-kepercayaan tertentu karena tata cara dan doktrin mereka yang tidak historis sama dengan sakramen dan dogma Katolik, dan komunitas Protestan tidak memiliki imamat tingkat sakramental dan karenanya tidak memiliki suksesi kerasulan yang sejati. Menurut Uskup Hilarion (Alfeyev) dari Gereja Ortodoks Timur memiliki pandangan yang sama tentang hal ini.-sumber: Wikipedia-Respon Katolik terhadap Protestanisme.
  2. Mengenai iman dan perbuatan baik:
    Manusia memperoleh anugerah keselamatan dari Allah karena iman dan perbuatan baik (kasih); dan Iman tanpa perbuatan tidak dapat menyelamatkan.(Mat 7:21).
  3. Mengenai Indulgensia:
    Makna indulgensi: Dalam pandangan Gereja Katolik, dosa mempunyai dua akibat: kesalahan (yaitu dosa itu sendiri), dan hukuman (siksaan) akibat dosa tersebut. Kesalahan dihapus jika dosa diampuni, tetapi hukuman atas dosa yang telah diampuni tetap ada. Frank Sheed [seorang pengacara kelahiran Australia, penulis Katolik, penerbit, dan pembicara. Dia dan istrinya Maisie Ward terkenal pada zaman mereka sebagai nama di balik jejak Sheed & Ward dan sebagai dosen umum yang kuat di Catholic Evidence Guild], seorang pewarta dan penulis Katolik ternama dari Inggris, mengibaratkan dosa seperti paku yang dipakukan pada sepotong kayu (digambarkan sebagai jiwa seseorang). Saat seseorang mengakukan dosanya, dan Tuhan mengampuninya, adalah ibarat mencabut paku dari potongan kayu tersebut. Tetapi lubang bekas paku tetap ada dan harus diisi kembali. Dosa yang dilakukan seseorang telah meninggalkan bekas luka pada jiwanya, dan kerusakan tersebut perlu diperbaiki. Dengan demikian, jika seseorang meninggal dalam keadaan rahmat (tidak dalam keadaan berdosa berat), tetapi masih menyimpan hukuman akibat dosa, maka hukuman tersebut perlu dijalani dalam proses pemurnian yang disebut purgatorium (api penyucian).
    • Purgatorium;
      Purgatorium (bahasa Inggris: Purgatory) adalah suatu keadaan antara atau peralihan setelah kematian jasmani yang melaluinya mereka yang ditentukan ke Surga “menjalani pemurnian, sehingga mencapai kekudusan yang diperlukan untuk memasuki kegembiraan surga“. Hanya mereka yang meninggal dunia dalam keadaan rahmat, namun belum menjalani hukuman sementara akibat dosa-dosa mereka, yang dapat berada dalam Purgatorium, dan dengan demikian tidak ada seorang pun dalam Purgatorium yang akan berada selamanya dalam keadaan tersebut ataupun pergi ke neraka. Asal mula konsep ini memiliki akar-akar sejak dahulu. –Kalangan Anglikan dengan tradisi Anglo-Katolik pada umumnya juga memegang keyakinan ini. 
      –Gereja Ortodoks Timur meyakini kemungkinan adanya suatu perubahan situasi bagi jiwa-jiwa dari mereka yang telah meninggal dunia melalui doa-doa yang didaraskan oleh mereka yang masih hidup di dunia ini dan kurban persembahan dalam Liturgi Ilahi, selain itu, banyak kalangan Ortodoks, khususnya kalangan asketik, berharap dan berdoa demi suatu apokatastasis umum (apokatastasis: penyusunan kembali atau penggantian, perbaikan ke dalam kondisi asal atau awal). –Yudaisme juga percaya pada kemungkinan adanya pemurnian setelah kematian. Pandangan Yahudi tentang purgatorium dapat ditemukan dalam ajaran golongan Shamai: “Pada hari penghakiman terakhir akan ada tiga golongan jiwa: yang dibenarkan akan segera dituliskan untuk kehidupan abadi; yang fasik, untuk Gehenna; tetapi mereka yang kebajikan dan dosanya mengimbangi satu sama lain akan turun ke Gehenna serta melayang ke atas dan ke bawah sampai mereka naik dalam kemurnian; karena atas mereka dikatakan: ‘Aku akan menaruh yang sepertiga itu dalam api dan akan memurnikan mereka seperti orang memurnikan perak. Aku akan menguji mereka, seperti orang menguji emas’ [Zakaria 8:9]; juga, ‘Ia [TUHAN] menurunkan ke dalam [Sheol] dan mengangkat dari sana'” (1 Samuel 2:6).–Golongan Hilel tampaknya tidak memiliki purgatorium; karena mereka mengatakan: “Ia yang berlimpah kasih setia menghendaki keseimbangan ke arah belas kasih, dan konsekuensinya yang dalam peralihan tidak turun ke dalam Gehenna”. Mereka masih berbicara tentang suatu keadaan peralihan.-sumber: Wikipedia-Purgatorium.
    • Sakramen Tobat;
      Indulgensi terkait dengan pelayanan Sakramental Tobat. Tindakan yang harus dilakukan oleh pengaku dosa adalah: penyesalan, pengakuan, dan silih (atau penyilihan/penitensi).
      Penyilihan: pengaku dosa wajib sedapat mungkin untuk mengganti rugi atas perbuatannya (misalnya mengembalikan barang yang dicurinya, memulihkan nama baik orang yang difitnahnya, membayar kompensasi dan merawat orang yang dilukainya), di mana prinsip keadilan pun sudah menuntut hal tersebut. Namun dosa juga melukai dan melemahkan pendosa itu sendiri, sebagaimana juga dampaknya dalam hubungannya dengan Allah dan sesamanya. Absolusi (pengampunan) yang diterima dalam Sakramen Tobat (Rekonsiliasi) menghapuskan dosa (sementara/temporal), namun tidak memulihkan semua kekacauan yang disebabkan oleh dosa. Setelah pendosa diampuni dari dosanya, ia harus memulihkan kesehatan spiritualnya dengan melakukan sesuatu yang lebih untuk menebus kesalahannya; pendosa yang telah diampuni tersebut harus “melakukan silih” (KGK 1459). Lihat: Elemen-elemen Sakramen Tobat.
    • Pengampunan Dosa;
      Kitab Hukum Kanonik Kan. 992 menyatakan bahwa, melalui kewenangannya, Gereja sebagai pelayan keselamatan (oleh Imam) memberikan “indulgensi” yang adalah harta kekayaan pemulihan Kristus dan para kudus. Harta kekayaan Gereja (treasury of merit) tersebut adalah kelimpahan jasa dan penebusan dosa yang dilakukan Yesus Kristus di kayu salib, ditambah dengan kebajikan dan doa yang dilakukan orang-orang kudus. Kanon 994 menuliskan bahwa setiap orang dapat memperoleh indulgensi bagi dirinya sendiri, atau dapat juga mempersembahkannya bagi orang-orang tertentu yang telah meninggal dunia agar mereka dapat segera masuk dalam kebahagiaan abadi (Surga); tetapi indulgensi tidak dapat dipersembahkan bagi orang lain yang masih hidup di dunia ini. Pelaksanaan pelayanan pengampunan dosa itu dipercayakan Kristus kepada para pelayan apostolik (2 Korintus 5:18), yaitu para imam (KGK 1442). Sehingga dalam pelayanan sakramen ini, seorang imam mempergunakan kuasa imamat yang dimilikinya dan ia bertindak atas nama Kristus (In persona Christi). Rumusan absolusi yang diucapkan seorang imam dalam Gereja Latin menggambarkan unsur-unsur penting dalam sakramen ini, yaitu belas kasih Bapa yang adalah sumber segala pengampunan; kalimat intinya: “… Saya melepaskanmu dari dosa-dosamu …” (KGK 1449); [(Inggris) “Catechism of the Catholic Church – The Sacrament of Penance and Reconciliation”.-Holy See].
    • Penyalahgunaan-Indulgensi oleh Pastor Johann Tetzel;
      Pembelaannya dalam dua perdebatan terkait doktrin indulgensi menentang Martin Luther. Tuduhan bahwa ia telah menjual pengampunan penuh atas dosa-dosa yang belum dilakukan menyebabkan suatu skandal besar. Terdapat keyakinan bahwa semua uang yang berhasil dikumpulkan Tetzel digunakan untuk rekonstruksi Basilika Santo Petrus yang sedang berjalan, kendati terdapat kenyataan bahwa sebagian uang tersebut diserahkan ke Uskup Agung Mainz, Kardinal Albrecht dari Brandenburg (otoritas yang bertanggung jawab atas beroperasinya Tetzel), untuk melunasi hutang yang timbul dalam rangka mengamankan pengangkatan Albrecht menjadi Uskup Agung.
    • Luther mulai berkhotbah secara terbuka untuk menentangnya dan terilhami untuk menuliskan 95 Tesis karyanya yang terkenal, sebagian di antaranya disebabkan karena tindakan-tindakan Tetzel [(Inggris) “Johann Tetzel” Encyclopædia Britannica, 1911 Edition. Retrieved Jan. 26, 2007], yang di dalamnya Luther menyatakan:
      27. Mereka hanya mengkhotbahkan doktrin-doktrin manusia yang mengatakan bahwa segera setelah uang berdenting di dalam peti uang, jiwa seseorang terlepas dari purgatorium.
      28. Sudah tentu bahwa ketika uang berdenting di dalam peti uang, keserakahan dan ketamakan dapat meningkat; tetapi ketika gereja bersyafaat, hasilnya berada di tangan Allah saja.
    • Tetzel juga dikecam (meski kemudian diampuni) karena amoralitas. Nunsio Kepausan Karl von Miltitz telah menuduh Tetzel melakukan banyak tindakan penipuan dan penggelapan, Miltitz mengundurkan diri, dengan mengalami patah semangat dan penurunan kesehatan, ke biara Dominikan di Leipzig. Miltitz kemudian didiskreditkan karena klaim-klaimnya dianggap tidak memiliki muatan historis. Tetzel meninggal dunia di Leipzig pada tahun 1519. Pada waktu ajalnya, reputasi Tetzel telah jatuh dalam kehinaan dan dijauhi oleh masyarakat.
    • Posisi Doktrinal
      Tetzel dipandang berlebihan saat menerapkan doktrin Katolik dalam hal indulgensi bagi orang yang telah meninggal dunia. Ia menjadi dikenal karena sepenggal kuplet yang dikaitkan dengannya: “Begitu sekeping koin dalam peti uang berdenting, jiwa dari purgatorium melompat”. Pepatah yang sering dikutip tersebut tidak merepresentasikan ajaran Katolik resmi mengenai indulgensi, melainkan lebih merupakan suatu cerminan dari kapasitas Tetzel yang melebih-lebihkannya. Namun, meski Tetzel bersikap berlebihan dalam hal indulgensi bagi arwah atau orang yang telah meninggal dunia, ajarannya mengenai indulgensi bagi orang yang masih hidup di dunia ini merupakan ajaran Katolik murni. Ludwig von Pastor, seorang sejarawan Katolik Jerman, menjelaskan: Di atas segalanya, suatu perbedaan yang sejelas-jelasnya harus dibuat antara indulgensi-indulgensi bagi orang yang masih hidup di bumi dan indulgensi-indulgensi bagi arwah.
    • Bulla Kepausan mengenai indulgensi tidak memberikan persetujuan apapun atas proposisi tersebut. Hal itu merupakan suatu opini skolastik yang samar-samar, ditolak di Sorbonne pada tahun 1482, serta pada tahun 1518, dan tentunya bukan suatu doktrin dari Gereja, yang karenanya secara tidak benar dikemukakan sebagai kebenaran dogmatis. Orang pertama di antara para teolog dari kalangan Roma, Kardinal Gaetanus, merupakan seteru dari semua hal-hal berlebihan semacam itu, dan menyatakan dengan tegas bahwa, kalaupun para teolog dan pengkhotbah mengajarkan opini-opini semacam itu, mereka tidak perlu dipercaya. “Para pengkhotbah”, katanya, “berbicara atas nama Gereja sejauh mereka mewartakan doktrin Kristus dan Gereja-Nya; tetapi seandainya, demi tujuan-tujuan mereka sendiri, mereka mengajarkan mengenai apa yang tidak mereka ketahui sama sekali, dan yang hanya merupakan imajinasi mereka sendiri, mereka janganlah diterima sebagai juru bicara Gereja. Tidak ada yang perlu heran jika yang semacam ini jatuh ke dalam kesalahan.
    • Konsili Trente meluruskan dan mengatur hal-hal terkait indulgensi, yang sebelumnya telah menimbulkan kontroversi dalam Gereja Katolik. Puncaknya, pada tahun 1567, Paus Pius V membatalkan semua pemberian indulgensi yang melibatkan segala bentuk biaya ataupun transaksi keuangan. Pada 6 Juli 1669, Paus Klemens IX mendirikan Kongregasi Indulgensi dan Relikui untuk menangani hal-hal terkait indulgensi. Saat ini segala hal terkait indulgensi ditangani oleh Penitensiaria Apostolik.—Penerbit Buku Panduan Indulgensi (Enchiridion Indulgentiarum).-sumber: Wikipedia-Indulgensi.

Kesimpulan singkat untuk beberapa poin;

Protestan:Katolik:
Pemimpin ibadah/pemuka agama disebut dengan Pendeta atau Penatua, sedangkan untuk peranan Diaken berbeda-beda tergantung denominasi protestan, umumnya membantu dalam penyelenggaraan ibadah. Di beberapa denominasi kristen protestan, Pendeta boleh pria atau wanita. Pemimpin ibadah/pemuka agama disebut dengan Pastor/Romo, Uskup, Kardinal, dan Paus adalah sama perannya sebagai pemimpin ibadah/pemuka agama, hanya tugas dan lingkup wilayahnya saja yang berbeda. Dalam katolik, tugas Diakon tidak memimpin ibadah tetapi bertugas dalam membacakan Injil dan membantu dalam penyelenggaraan ibadah. Pastor hanya boleh pria, sedangkan wanita dalam misi pelayanan sesama disebut suster/biarawati.
Pembagian wilayah, berbeda dalam penyebutan dan pengaturan tiap wilayah. Kristen protestan menggunakan istilah Sinode, Klasis, Majelis Jemaat.Pembagian wilayah menggunakan istilah Kring, Lingkungan, Wilayah, Stasi, Dekanat (Himpunan Paroki), Keuskupan, Dewan Kardinal, dan Kepausan.
Alkitab TB: protokanonika 39 kitab Perjanjian Lama dan 27 kitab Perjanjian Baru. Total 66 kitab.Alkitab TB Deuterokanonika:
proto 39 kitab PL + deutero PL 7 kitab; 2 Tambahan + 27 kitab PB. Total 73 kitab. Kanon kedua terpisah dari kanon utama. Deutero PL telah dikanonisasi gereja katolik.
Tata cara ibadah, protestan menjalani 2 sakramen kudus.
Secara umum protestan menggunakan buku Kidung Jemaat dan beberapa denominasi protestan lainnya menggunakan lagu-lagu rohani populer.
Tata cara ibadah, katolik menjalani 7 sakramen kudus. Kristen katolik menggunakan buku Puji Syukur, dalam momen tertentu menggunakan lagu-lagu Tema Natal.
Protestan kehidupan pemuka agama boleh menikah. Seorang pendeta dan penatua tidak mengabdikan seluruh hidupnya untuk melayani umat Tuhan, namun juga untuk menghidupi keluarganya.Katolik kehidupan pemuka agama tidak boleh menikah. Tradisi kehidupan selibat ini diturunkan dari karya kerasulan dan sebagai teladan hidup Tuhan Yesus Kristus.
Gereja kristen protestan dibangun memiliki tampilan eksterior pada umumnya, bangunan dengan atap genteng beserta halamannya, contohnya seperti GPIB Immanuel Jakarta, GKPI Sumatera Utara, GPPS Surabaya, dsb; Lambang salib polos; Protestan anti seni Kristen, tetapi sebagian gereja lutheran tidak anti terhadap seni Kristen (citra-citra religius).Gereja kristen katolik dibangun mengikuti ketentuan standarisasi minimal yang ditetapkan untuk pembangunan gereja, biasanya dicirikan dengan nama Santo & Santa, dan juga menggunakan seni Kristen (berupa 14 lukisan penghentian Yesus untuk devosi jalan salib; patung Yesus dan Maria); Lambang salib ada patung Yesus; dan di setiap gereja ada disediakan tempat berdoa bagi umat untuk Bunda Allah (Gua Maria).
Doa-doa, khususnya Doa Bapa kami versi protestan. Disamping itu tentunya kristen protestan juga memiliki doa-doa yang berbeda lainnya. Protestan tidak menghaturkan doa Salam Maria.Doa Bapa kami versi katolik; kristen katolik juga memiliki doa-doa yang berbeda lainnya; dan doa-doa dalam lingkaran tahun gereja. Umat katolik menghaturkan Doa Salam Maria.
Ajaran-ajaran hanya murni dari Alkitab. Luther mengajarkan bahwa Alkitab adalah satu-satunya sumber pengetahuan & wahyu dari Allah.Ajaran-ajaran murni dari Alkitab dan juga menerapkan ajaran-ajaran secara lisan / tradisi-tradisi kekristenan.
“Hanya iman saja”.
Luther: Manusia diselamatkan bukan karena amal atau perbuatannya yang baik, melainkan semata-mata oleh karena anugerah Allah.
Manusia memperoleh anugerah keselamatan dari Allah karena iman dan perbuatan baik (kasih); dan Iman tanpa perbuatan tidak dapat menyelamatkan.(Mat 7:21).
Gereja protestan tidak menjalani sakramen tobat, Luther: Menolak indulgensi dan menolak tradisi sakramental dari klerus (dalam hal ini khususnya sakramen Tobat).
Pengakuan dosa dilakukan kepada Tuhan dalam kebaktian gereja.
Gereja katolik menjalankan indulgensi karena kami percaya Roh Tuhan bekerja menyelamatkan agar dengan sakramen pertobatan, manusia melakukan penyilihan atas dosa-dosanya. Sehingga manusia dapat dengan tegas menyatakan pertobatan dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Adanya perbedaan dan keragaman dalam praktik gereja baik Katolik dan Protestan, yang dua-duanya tentunya berjalan berdampingan hingga saat ini. Sebagai manusia tentunya hidup harus saling melengkapi di dalam kekurangan satu sama lain sebagai saudara seiman di dalam Kristus, memberikan pelajaran berharga satu sama lain akan perbedaan yang ada dan menuju ke arah yang positif. Karena semua manusia harus menjadi citra Allah yang kudus, satu hal yang pasti bahwa kami semua adalah anak-anak Allah di dalam Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Kembali kepada pribadi masing-masing untuk tetap setia kepada Tuhan, beriman kepadaNya dan memilih jalan yang lurus sesuai dengan akal budi, hati nurani, dan berkehendak yang baik, yang sudah Tuhan anugerahkan bagi kita.

-sumber: [Wikipedia-protestanisme; martin luther; Denominasi Kristen; Kekristenan].


Lainnya: